SEMINAR NASIONAL “Penyelamatan Ekosistem Mangrove dalam Mewujudkan Kelestarian Hutan”

MangroverID - 1. Pembicara : Harry Santoso sebagai Direktur Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan perhutanan Sosial, Kementerian Kehutanan

Hutan mangrove merupakan penyangga kehidupan, perlindungan terhadap kawasan pantai, tempat berkembang biaknya berbagai biota laut. Dimana hutan mangrove ini mempunyai sistem perakaran yang kuat dan istimewa, tajuknya rata dan rapat serta lebat sepanjang waktu. Oleh karena itu, hutan mangrove berfungsi sebagai berikut:

a. Mengendalikan abrasi
b. Menangkap sedimentasi
c. Mengendalikan instrusi air laut
d. Menyerap dan mengurangi pencemaran (polutan)

Adapun fungsi dari hutan mangrove dapat dibagi menjadi beberapa aspek seperti biologis, sosial ekonomi, dan ekologis. Fungsi biologis ini meliputi tempat pemijahan, pencarian makan, dan berkembang biak. Sebagai fungsi sosial ekonomi meliputi pemanfaatan mangrove baik kayu (bangunan, arang, kayu bakar), buah (minyak pengganti solar, minyak goreng, makanan, obat), dan bunganya (minyak wangi) bagi masyarakat. Selain itu, dengan adanya hutan mangrove yang menjadi tempat hidup berbagai biota dapat dijadikan penghasil ikan, udang, kepiting, rajungan. Sebagai fungsi ekologis, hutan mangrove berperan sebagai penyerap emisi/sink dan penyimpanan cadangan karbon dunia.

Saat ini, hutan mangrove telah mengalami degradasi dimana luasnya telah berkurang sehingga banyaknya daerah pantai yang mengalami abrasi. Penyebab kerusakan tersebut diakibatkan oleh adanya konflik kepemilikan lahan, konversi lahan hutan mangrove menjadi lahan pertanian/pemukimaan/budidaya/tambak, perkembangan teknologi yang membuat lahan mangrove menjadi lahan industri, pemanfaatan kayu. Dengan kondisi yang seperti itu, maka dibutuhkan lebih banyak Balai Pengelolaan Hutan Mangrove di Indonesia dimana saat ini hanya ada dua yang bertempat di Bali dan Medan. Selain itu, harus digalakkannya ketentuan mengenai kawasan hutan mangrove dimana diadakannya pelarangan kegiatan budidaya di kawasan mangrove kecuali kegiatan yang tidak merusak/mengganggu kawasan lindung tersebut.

Tsunami Aceh merupakan salah satu fenomena yang mencengangkan dimana Aceh diporak-porandakan oleh tsunami. Tsunami tersebut terjadi dikarenakan pada saat itu hutan mangrove sudah jarang sehingga tidak mampu menahan gelombang besar yang mengakibatkan air laut masuk ke daratan dan menghempas semua yang dilaluinya.

2. Pembicara : Dr.Ir. Subandono Diposaptono, M.Eng sebagai Direktur Pesisir dan lautan, Kementerian Kelautan dan Perikanan

Mangrove ini terkait ke dalam prioritas pembangunan seperti penanggulangan kemiskinan, ketahanan pangan, perubahan iklim pengelolaan bencana.

Adapun pengertian wilayah pesisir merupakan wilayah perbatasan darat (batas kecamatan) dan laut sejauh 12 mil dari garis pantai.

Menurut bapak Subandono ini, Indonesia diibaratkan bagai supermarket bencana dimana banyak fenomena alam yang cukup sering terjadi di Indonesia, seperti:
• Gunung api
• Tsunami
• Gelombang pasang
• Angin putting beliung
• Dan lain-lain

Oleh karena itu, perlu adanya program pembangunan berkelanjutan untuk memenuhi kondisi saat ini tanpa melewati kaidah-kaidah yang ada seperti:
a. Kaidah ekologi meliputi tata ruang
b. Pemanfaatan secara optimal
c. Mitigasi bencana berupa upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak bencana
d. Mitigasi perubahan iklim berupa pengurangan karbon
e. Suatu pencemaran yang ditindaklanjuti dengan konservasi dan rehabilitasi
f. Kaidah sosial ekonomi dan budaya
g. Kaidah sosial politik dan kelembagaan

Di Indonesia sekitar 2 tahun sekali dapat terjadi tsunami, sekitar 110 kali tsunami telah terjadi di Indonesia. Daerah rawan tsunami ini meliputi daerah-daerah yang telah minim hutan mangrovenya dikarenakan berbagai hal, salah satunya ketidaksesuaian substrat. Oleh karena itu, perlu adanya teknik khusus dalam penanaman Di Indonesia sekitar 2 tahun sekali dapat terjadi tsunami, sekitar 110 kali tsunami telah terjadi di Indonesia.

Daerah rawan tsunami ini meliputi daerah-daerah yang telah minim hutan mangrovenya dikarenakan berbagai hal, salah satunya ketidaksesuaian substrat. Oleh karena itu, perlu adanya teknik khusus dalam penanaman mangrove di daerah-daerah khusus dimana substratnya tidak sesuai karena hutan mangrove ini memiliki peran yang penting dalam hal berikut:
a. Menghambat benda-benda yang hanyut
b. Menahan pohon yang tumbang
c. Meredam tsunami
d. Menyerap CO2

3. Pembicara : Nyoman S sebagai Direktur Wetland International Indonesia

Kawasan lahan basah terdiri dari sungai atau danau yang ada di daratan sampai daerah terumbu karang yang kedalamannya sekitar 6 meter. Adapun di Indonesia terdapat 40 juta lahan basah dimana luas hutan mangrove mencapai 3,2 juta ha berdasarkan peta Atlas.

Hutan mangrove ini mampu mitigasi atau dapat mengemisi gas CO2 ke atmosfer bila pengelolaannya salah. Adapun saat terjadi tsunami bukan hanya air menghempas datar tapi daratnya ada yang amblas dan terangkat.
Adapun untuk penanaman mangrove di daerah yang substratnya tidak sesuai ada beberapa cara:
a. Hard engineering
b. Soft engineering
c. Hybrid merupakan teknik campuran

4. Pembicara : Cecep Kusmana

Teknik rehabilitasi mangrove pada tapak-tapak khusus ini meliputi beberapa tipe sebagai berikut:
a. Tapak berarus/berombak besar
Pada dasarnya mangrove dapat tumbuh di tanah mineral tidak hanya di lumpur laut. Adapun teknik penanaman dilakukan dengan cara menanam mangrove tanpa melepas polibagnya.
b. Tapak dengan arus deras (bukan pinggir pantai seperti sungai)
Dapat dilakukan dengan cara menanam mangrove secara zigzag, jarak tanam rapat dan tanpa melepas polibagnya.
c. Tapak dengan lumpur yang dalam
Dapat dilakukan dengan cara mengikatkan mangrove pada tiang pancang kemudian ditanam.
d. Tapak berbatu/berkerikil
Dapat dilakukan dengan cara memakai polibag yang cukup besar dimana substratnya digali terlebih dahulu kemudian dibuat parit untuk menanam mangrove tersebut. Atau dapat juga dengan cara menggali substrat dan dibuat parit, masukan lumpur dan langsung tanam mangrove tanpa jarak.
e. Tapak yang tertimbun pasir laut
Dapat dilakukan dengan cara tanam mangrove menggunakan pola kluster (jarak tanam yang bergerombol) dimana polibag dari mangrove tersebut jangan dibuka. Atau dapat dilakukan dengan cara menggali lubang diantara kerikil, kemudian lubang tanam yang lebar dan dalam diisi lumpur.
f. Tapak dengan air yang tergenang
Dapat dilakukan dengan penanaman anakan mangrove di dalam gulugah tanah. Adapun tapak dengan genangan air yang dalam terdapat formulan tertentu yang berada dalam proses pematenan sehingga belum bias dipublikasikan.

Pada dasarnya, mangrove agar tumbuh dengan baik yang dicirikan dengan ada buah dan bunganya ialah dengan adanya air terus-menerus (dalam kondisi becek). Sedangkan penanaman mangrove dengan substrat yang kering akan mempengaruhi produksi bunga pada mangrove tersebut.

5. Pembicara : Ahmad Faisal Siregar, Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Mangrove

Strategi Nasional Pengelolaan Ekosistem Mangrove Indonesia

• Maksud dan tujuan SNPEMI
Maksud : memberikan arahan dan informasi bagi para pihak terkait dalam pengelolaan ekosistem mangrove
Tujuan : Meningkatkan kapasitas para pihak dalam pengelolaan ekosistem mangrove yang sesuai dengan daya dukung lingkungan, dan didasarkan pada data informasi ilmiah yang dapat dipertanggung jawabkan. Meningkatkan dan mempertahankan manfaat dan fungsi-fungsi ekosistem mangrove bagi sistem penyangga kehidupan

• Sasaran SNPEMI
1. Tercapainya peningkatan kapasitas para pihak dalam pengelolaan ekosistem mangrove
2. Tercapainya peningkatan kesadaran dan peran semua pihak yang terkait dalam pengelolaan ekosistem mangrove yang berkelanjutan
3. Terlaksananya koordinasi lintas sektor di tingkat pusat dan daerah, dalam pengelolaan mangrove.
4. Terlaksananya pola pengelolaan berbasis masyarakat dalam pengelolaan ekosistem mangrove.
5. Tercapainya peningkatan manfaat dan fungsi ekosistem mangrove bagi sistem penyangga kehidupan.
6. Tercapainya pengurangan laju degradasi ekosistem mangrove dan meningkatkan kualitas ekosistem mangrove di Indonesia

Isu pokok dalam pengelolaan mangrove di Indonesia yaitu : Ekologi, SOSEK, Kelembagaan, Peraturan Perundangan. Dengan landasan strategi dasar hokum, Komitmen Internasional, Komitmen Nasional, Komitmen Lokal dan Nilai.

6. Kebijakan Nasional Perencanaan Pengelolaan mangrove Oleh : Deputi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup.

Peran Penting mangrove yaitu keseimbangan wilayah pesisir, sumber nutrisi biota laut, habitat sumber daya ikan dan biota, peran penguraian dalam polutan, buffer wilayah pesisir dari berbagai ancaman/bencana, penghasil kayu dan bahan bahan lain. Adapun beberapa permasalahan mangrove di Indonesia yaitu data yang masih belum terbaru, konflik pemanfaatan ruang kawasan mangrove, pemanfaatan mangrove yang tidak terkontrol.

Dengan permasalahan mangrove tersebut maka banyak dampak kerusakan mangrove yaitu terjadinya intrusi air laut yang menyebabkan turunnya kualitas air tawar, peningkatan abrasi pantai, penurunan sumber makanan dan tempat bertelur biota, penurunan keanekaragaman jenis flora dan fauna di daerah pesisir, penurunan ekosistem dalam menahan tiupan angin, gelombang air laut, penurunan kemampuan ekosistem pantai dalam mengurangi limbah dan pilutan, peningkatan pencemaran pantai, hilangnya bufferzone dll.

oleh : pubdok fdc

Sumber http://fdcipb.wordpress.com danfertobhades.wordpress.com

96,95 Persen Kawasan Hutan Mangrove Rusak

MangroverID - Marinir bersama aktifis lingkungan Tunas Hijau, menanam mangrove di kawasan muara pantai Wonorejo Rungkut Surabaya, Jumat (07/03/08) (ANTARA/Eric Ireng/hp)

Semarang (ANTARA News) - Hutan mangrove di kawasan pantai utara Jawa Tengah sebagian besar atau 96,95 persen telah mengalami kerusakan, baik kerusakan sedang maupun berat.

"Penyebab kerusakan hutan mangrove itu beragam," kata Dr Sri Puryono KS, usai ujian disertasi doktor berjudul "Pelestarian Lingkungan Hutan Mangrove Berbasis Masyarakat di Pantai Utara Jateng" di Universitas Diponegoro Semarang, Selasa.

Menurut dia, penyebab kerusakan hutan mangrove antara lain adanya alih fungsi lahan untuk tambak intensif, permukiman, industri, pengembangan wisata, dan penebangan liar.

"Berdasarkan tingkat kerusakan, kawasan mangrove yang rusak sedang seluas 31.237 hektare, rusak berat 61.194 hektare, sementara yang masih baik hanya 2.902 hektare," kata Kepala Dinas Kehutanan Jateng tersebut.

Ia mengatakan, kondisi tersebut sangat memprihatinkan karena secara ekologi mangrove dapat menahan gelombang pasang dan secara kimia mangrove dapat menetralisir dan menyaring polutan-polutan berbahaya.

Menurut dia, langkah cepat harus segera dilakukan untuk mengatasi kerusakan hutan mangrove agar potensinya dapat kembali seperti semula, antara lain menciptakan "grand design" tentang tata ruang daerah pesisir.

"Konsep tentang tata ruang daerah pesisir ini harus disepakati bersama untuk mengoptimalkan pelestarian hutan mangrove," katanya.

Kemudian, menurut dia, perlu dilakukan pembagian zona meliputi kawasan inti, kawasan konservasi, kawasan penyangga, dan kawasan pemanfaatan.

Ia mengatakan, setelah menciptakan tata ruang daerah pesisir dan pembagian zona, yang perlu dilakukan selanjutnya adalah membuat rencana pengelolaan dan rencana aksi.

"Langkah pertama yang harus dilakukan dalam waktu dekat ini adalah menciptakan `grand design` tata ruang daerah pesisir, yang akan diwujudkan oleh daerah dalam bentuk peraturan daerah (perda)," katanya.

Sampai saat ini, kata dia, baru Pemalang yang telah memiliki perda tentang pelestarian kawasan hutan mangrove.

Ia menambahkan, pemerintah sebenarnya telah membentuk kelompok kerja mangrove nasional yang ditindaklanjuti oleh daerah dengan pembentukan kemompok kerja mangrove daerah.

Pembentukan kelompok tersebut melibatkan beberapa unsur institusi, antara lain Dinas Kehutanan, Dinas Kelautan dan Perikanan, Balai Lingkungan Hidup, Badan Pemberdayaan Masyarakat, dan Pemda yang bersangkutan.

"Setiap institusi tersebut bergerak sesuai bidangnya, misalnya Dinas Kehutanan akan menggalakkan budi daya penanaman bibit mangrove dan Dinas Kelautan dan Perikanan mengusahakan potensi lain di kawasan mangrove, misalnya budi daya perikanan," katanya.(*) Sumber: ANTARA News (Selasa, 30 Juni 2009 20:27 WIB)

Sumber http://www.djemari.org

Gawat! 75 Persen Hutan Mangrove Kaltim Rusak

MangroverID - SAMARINDA, Kerusakan kawasan hutan mangrove di Kalimantan Timur (Kaltim) kini sudah mencapai 75 persen atau 685.277 hektar (Ha). "Kondisi ini sangat memprihatinkan sehingga harus segera mendapat penanganan berbagai pihak terkait," kata Wakil Ketua Komisi III DPRD Kaltim HM Darlis Pattalongi di Samarinda, Ahad.

Menurutnya bahwa luas hutan mangrove di Kaltim mencapai 883.379 Ha. Dari luasan itu, sejumlah 6855.277 Ha mengalami kerusakan, dengan rincian 329.579 Ha rusak berat dan 328.695 Ha rusak sedang. Sementara mangrove dengan kondisi baik hanya sekitar 225.105 Ha atau hanya terdapat 25,48 persen yang masih terjaga kelestariannya, sementara yang hampir 75 persen rusak yang sebagian besar akibat ulah manusia.

Khusus di Delta Mahakam diperkirakan terdapat hutan mangrove seluas 150.000 Ha dari total luas hutan mangrove di Kaltim. Ekosistem hutan mangrove di Delta Mahakam dikenal sebagai salah satu ekosistem penting dalam satu siklus kehidupan bagi manusia dan lingkungannya.

Kerusakan maupun degradasi mangrove yang terjadi di Delta Mahakam di antaranya disebabkan pembangunan jalan pipa oleh perusahaan minyak dan untuk pembuatan tambak udang serta eksploitasi kayu untuk berbagai kepentingan.

Kegiatan ini membawa perubahan yang berdampak luas terhadap masa depan kawasan Delta Mahakam. "Di antaranya terhadap kelangsungan hidup masyarakat yang selama ini bergantung pada Delta Mahakam, baik secara langsung maupun tidak langsung," papar dia.

"Hutan mangrove di Kalimantan Timur hingga kini kondisinya rusak parah, untuk itu pemerintah setempat melalui intansi terkait diminta memberikan perhatian agar kerusakannya tidak semakin meluas," katanya.[republika,10 April 2011]

Sumber http://geografiuntukmu.blogspot.com

Hutan Mangrove Rusak Berat

MangroverID - Komisi II bidang ekonomi keuangan DPRD Kalimantan Selatan yang membidangi pertanian dalam pengertian luas, menilai, hutan mangrove di provinsinya kini memprihatinkan.

Penilaian itu disampaikan Ketua dan Sekretaris Komisi II DPRD Kalsel masing-masing Muhammad Ihsanudin dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) serta Burhanuddin dari Partai Bintang Reformasi (PBR), di Banjarmasin, Jumat.

Pasalnya, dari 166.000 hektare (ha) hutan mangrove atau tanaman bakau di provinsi yang terdiri 13 kabupaten/kota tersebut, kini hanya sekitar 19.000 ha yang masih bagus, ungkap Ketua Komisi II DPRD Kalsel didampingi sekretarisnya.

"Padahal keberadaan hutan mangrove itu boleh dikatakan multi fungsi, sehingga perlu dilestarikan dan ditumbuh kembangkan," lanjut wakil rakyat dari PKS tersebut menjawab ANTARA Banjarmasin.

Ketua dan Sekretaris Komisi II DPRD Kalsel yang juga membidangi kehutanan itu mengaku, pihaknya baru mengetahui secara persis multi fungsi hutan mangrove, ketika melakukan studi banding ke Sumatera Utara (Sumut), 24 - 26 Mei lalu.

Sebagai contoh di Hamparan Perak sebuah kawasan pertanian terpadu di Kabupaten Deli Serdang Sumut, masih terdapat hutan mangrove yang mereka pelihara atau kelola dengan baik, sehingga mendatangkan banyak manfaat.

Pada kawasan hutan mangrove yang berada di daerah perairan pantai atau air payau Hamparan Perak itu, selain menjadi tempat habitat ikan berkembangan biak, yang mereka kelola dalam bentuk pertambakan, juga terdapat usaha peternakan ayam.

"Menurut penuturan masyarakat setempat, saat flu burung menyerang beberapa wilayah Sumut, namun usaha peternakan ayam di Hamparan Perak tidak terkena atau cukup kebal terhadap penyakit tersebut," ungkapnya.

"Kekebalan atau ketahanan ayam dari flu burung tersebut diduga karena ternak unggas tersebut memakan dedaunan mangrove yang diperkirakan memiliki daya tahan terhadap flu burung," lanjutnya sebagai oleh-oleh studi banding ke Sumut.

Begitu pula usaha pertambakan ikan di kawasan hutan mangrove yang mereka kelola dengan baik itu, para petambang tak perlu terlalu bersusah payah menyediakan pakan, tapi cukup dari keadaan yang tercipta oleh alam hutan mangrove itu sendiri.

Selain itu, tanaman mangrove ternyata mempunyai daya serap yang tinggi terhadap carbon yang mencemari udara dan dapat dijadikan arang yang berkualitas serta bernilai ekonomi yang bisa diekspor, tambah Burhanuddin.

Oleh sebab itu, Komisi II DPRD Kalsel akan memotivasi masyarakat serta mendorong instansi terkait untuk melestarikan dan menumbuh kembangkan tanaman mangrove, seperti kawasan yang rusak harus segera dilakukan rehabilitasi.

Demikian pula kawasan garis pantai atau daerah air payau yang tak terdapat tanaman mangrove, harus dilakukan penanaman, saran Ihsanudin./shn/B

Sumber http://kalsel.antaranews.com

90 Persen Hutan Mangrove Rusak

MangroverID - BANDARLAMPUNG, KOMPAS.com - Kerusakan hutan mangrove Lampung telah mencapai 90 persen dari total luas hutan bakau di daerah itu.

Menurut Direktur LSM Mitra Bentala, Herza, Senin, kerusakan hutan mangrove itu makin parah karena dieksploitasi berlebihan tanpa memikirkan aspeknya.

"Kerusakan hutan mangrove itu mengakibatkan terjadinya abrasi pantai, intrusi air laut, menurunnya sumber nutrisi biota laut serta berkurangnya potensi perikanan," katanya, Senin (13/12/2010).

Lampung memiliki kekayaan sumber daya pesisir laut yang melimpah berupa gugusan pulau-pulau kecil, berbagai jenis ikan dan biota laut lainnya, terumbu karang, hutan mangrove, padang lamun dan potensi wisata yang cukup potensial.

Ia berharap pemerintah, pihak swasta dan berbagai lapisan masyarakat terlibat aktif dalam upaya pemulihan lingkungan.

Caranya, menghentikan kegiatan penangkapan ikan yang menggunakan pukat harimau dan racun ikan.

"Selain itu, menghentikan alih fungsi hutan mangrove dan pemanfaatan terumbu karang secara belebihan," katanya.

Kerusakan sumber daya alam (SDA) tersebut memberikan dampak besar terhadap pemanasan global.

Sementara itu, aktivis LSM Mitra Bentala, Supriyadi, mengharapkan masyarakat memberikan respons atas kerusakan lingkungan.

Dalam rangka memperingati hari Nusantara, pihaknya membagikan ikan teri yang mengandung arti semakin rusaknya pesisir Lampung maka makin kecil pula ikan yang ditangkap.

"Saat ini respons maysarakat terhadap penyelamatan hutan dan pesisir pantai masih sangat kurang," katanya.

Sumber http://regional.kompas.com

Foto Sekjen PBB Tanam Mangrove

MangroverID - Tak hanya para MANGROVER Indonesia saja, yang tanam mangrove. Sekretaris Jenderal PBB, yaitu Mr. Ban Ki-moon pun juga melakukan hal yang sama. Disamping ini adalah bukti dari jiwa konservasionis mangrove dari Sekjen PBB tersebut, saat menanam mangrove di Kiribati. Ban Ki-moon and Mrs. Ban plant mangroves on Kiribati to protect the coast from the effects of climate change.

Kiribati, 5 September 2011 - REMARKS TO THE PRESS AT MANGROVE PLANTING SITE Kiribati,

Thank you very much, President [Anote] Tong of Kiribati for giving such a moving experience for me, to join common efforts of the world to address climate change. And I thank Parliamentary Secretary Richard Marles of Australia for joining us. And I am also very much happy to be joined by so many young people who care for their own future.

This planting of mangroves is the cheapest and surest way to protect the environment.

It protects the coasts.

It protects the ecosystems.

This is a very creative idea and I really commend highly the initiative and vision of President Tong.

This is a very important visit for the Secretary-General. I am here to see for myself how climate change impacts those small island developing states like Kiribati and Solomon Islands and many Pacific Island countries.

Their lives are threatened every day. It''s not tomorrow or the day after tomorrow. Their lives are threatened at this moment.

I met a young boy today among a few hundred people who were asking me what the United Nations is going to do for us. I was so moved and so sad. They were afraid of their own future. I think we have a moral and political responsibility to make a better world for all, for our young generation, and their great-great-grandchildren.

Planting mangroves may be simple and may not [seem] much. But it even helps the economy. It generates some income. Then, planting mangroves gives us a good lesson that if you care, if we care, for nature we will be better off in making this Planet Earth more environmentally hospitable, environmentally sustainable.

If we neglect, then this will threaten our lives and our ecosystems. And let us work together, and I am committed as Secretary-General of the United Nations to work with all the countries to make this world environmentally sustainable.

Thank you very much.

QUESTIONS AND ANSWERS

Q: You''ve seen what''s happened here, Mr Secretary-General, what do you think is the way forward from here?

A: Kiribati is at the front of the frontlines when it comes to climate change. I have seen for myself the real threats that are impacting on people. People are afraid of their own future, particularly young people.

I am urging world leaders to act now. The high tide shows that it is high time to act. I was so surprised to see the impact of these high tides, inundating these villages and roads. That can be prevented if we act now.

Of course we may not fight against nature. We have to live with nature but if we use our wisdom and act now we can live harmoniously with nature. That''s the message which I will carry to the United Nations General Assembly, I will carry to Durban negotiations of the United Nations Framework Convention on Climate Change in December, I will carry to this Rio+20 summit next year.

But before we can agree on a global convention with each and every country, each and every citizen, they have a role to play. We should not wait until everything is agreed.

Q: Do you think Kiribati deserves all these (climate change) adaptation funds?

A: Kiribati needs support. That is why I have established my high-level advisory group on climate change financing. They have made recommendations to mobilize 100 billion dollars annually by 2020. That may be a challenge but it is doable. Now they are discussing various options. Developing countries, particularly countries like Kiribati or Solomon Islands whose lives are threatened daily should be given all necessary financial support and technological support so that they can adapt and mitigate the effect of climate change.

Q: Are there any plans to help islands like Kiribati if they submerge under the water?

A: We are working very hard. Member States are negotiating through the United Nations Framework Convention on Climate Change. There will be an important meeting in Durban, South Africa, in December this year. We have made solid progress until now, starting from Bali in 2007, through Copenhagen and then through Cancun last year. We made good foundations. We have to put on those foundations, to make a more solid and concrete agreement. Member States are working hard. This is a global challenge. We need to transcend all national boundaries. [inaudible]

Q. Is climate change new or just donor countries changing the agenda?

A:Everybody understand that this has been a quintessential threat, this has until now the theory but it has been proven by scientific findings by intergovernmental panel on climate change that this is happening now much much faster than what they expect. Unless we act now, we are neglecting our moral and political obligations for the future of our world, for the future of our succeeding generations, that is why I have been sounding alarm bells all the time to leaders and each and every world leader, developing and developed countries, they should work together however considering all these historical background of climate change, the developed world has to lead this campaign, has to provide financial and technological financial support. I am encouraging that even many developing countries they are working very hard to adapt and mitigate on green house emissions so renewable energy sources and alternative sources and by simply planting mangroves, this is one of the ways where everybody can participate and work together to keep this planet earth healthy.

As delivered.

Sumber foto http://www.flickr.com berita http://www.un.org

Presiden Tanam Bakau

MangroverID - TANAM BAKAU - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2 kiri) didampingi Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan (2 kanan) dan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo (kanan) melakukan penanaman Bakau (Mangrove) di kawasan Taman Wisata Alam Muara Angke, Kapuk, Jakarta Utara, Senin (7/6). Presiden SBY menginstruksikan kepada seluruh pemimpin daerah, yang memiliki kawasan hutan bakau melaksanakan rehabilitasi penghutanan bakau kembali untuk menjaga dan menyelamatkan lingkungan hidup.

FOTO ANTARA/Widodo S. Jusuf/Koz/nz/10.

Sumber http://www.solopos.com

SMAK PENABUR LAMPUNG Tanam 5000 Bakau

MangroverID - Dalam rangka peduli lingkungan dan sebagai salah satu upaya implementasi nilai keramahan (lingkungan), maka 100 siswa, guru, karyawan diutus untuk turut serta dalam program Peduli Lingkungan - Tanam 5000 bakau yang diprakarsai oleh GKI Bandar Lampung. Kegiatan yang berlangsung pada Sabtu, 15 November 2008 di Pantai Ringgung ini didukung oleh berbagai elemen masyarakat yang terdiri dari: TNI-AL, Brigif III Marinir, Polair POLRI, Polres Lampung Selatan, UKRIDA, PERKANTAS, API, PKDI, Banser Ansor, Yamaha, Warga Jemaat GKI, Warga Masyarakat dan BPK PENABUR.

100 warga SMAK PENABUR yang diutus mewakili BPK PENABUR nampak bersemangat melakukan pekerjaan tanam bersama 400 relawan lainnya. Masing-masing relawan diperkirakan menanam rata-rata 10 bibit bakau di areal seluas kurang lebih 0,5 ha. Mulai dari persiapan sampai selesai kegiatan berlangsung sejak pukul 07.00 s/d 15.00.

Tanam bakau telah dilakukan, tinggal alam berbicara tentang keberhasilan program yang tidak sederhana ini, tentu didukung juga dengan komitmen para relawan untuk tetap terlibat dalam pemeliharaan sampai menampakkan hasil. Semoga langkah ini menjadi awal baik bagi semua relawan untuk meneruskan kepeduliannya pada alam ciptaan Tuhan, dan menjadi contoh yang akan diikuti oleh pihak lain.

Sumber http://www.bpkpenabur.or.id

Bupati Ende Wajibkan Warga Pesisir Tanam Bakau

MangroverID - Ende, FloresNews.com - Bupati Ende Don Bosco M Wangge menginstruksikan masyarakatnya yang bermukim di wilayah pesisir untuk menanam 20 anakan bakau (mangrove) guna mengantisipasi terjadinya abrasi. "Untuk mengantisipasi terjadinya abrasi, setiap kepala keluarga yang bermukim di wilayah pesisir pantai wajib menanam 20 anakan bakau," kata Bupati Don Bosco Wangge ketika bertatap muka dengan warga kampung Bele, sebuah perkampungan pesisir di pantai utara Kabupaten Ende, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin (13/9).

Dia mengatakan, kampung Bele merupakan salah satu dari sejumlah wilayah di kabupaten itu yang rawan terhadap abrasi. Menurutnya, untuk mensiasati abrasi perlu juga dibangun pemecah gelombang (breakwater) di titik-titik pantai yang rawan abrasi, namun menelan biaya yang lebih besar dibanding dengan menanam anakan bakau. "Proyek breakwater itu memang penting, namun menelan biaya sangat besar jika dibandingkan dengan menanam bakau. Proyek ini lebih murah dan tahan lama," katanya.

Bupati Wangge menambahkan tanaman bakau dari aspek waktu bisa bertahan sampai dengan ratusan tahun dibanding dengan membangun tembok pengaman yang usia bangunannya belum tentu bertahan lama. Ia meminta Dinas Kehutanan serta Dinas Kelautan dan Perikanan Ende bisa mensinergikan program penanaman bakau ini sebagai salah satu upaya pemberdayaan kepada masyarakat pesisir dalam menghadapi ancaman bencana abrasi.

Selain mengatasi masalah abrasi, kata Don Bosco Wangge, hutan bakau juga berfungsi untuk memperlambat laju gelombang tsunami yang terjadi akibat adanya gempa bumi. Dia menambahkan, sebagai wilayah yang rawan gempa, kegiatan penanaman bakau harusnya menjadi inisiatif dan kesadaran seluruh masyarakat pesisir di wilayah Kabupaten Ende. Bahaya abrasi hampir setiap tahun melanda sebagian besar wilayah pantai di Kabupaten Ende, sehingga proyek mangrove ini dinilai cukup tepat dalam mengatasi persoalan yang dihadapi masyarakat pesisir.(ant/ca).

Sumber http://www.floresnews.com

Puluhan Wartawan Tanam Bakau

MangroverID - Puluhan Wartawan Makassar peserta pelatihan Jurnalis Lingkungan melakukan penanaman bakau di areal Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Puntodo Kab. Takalar. Takalar, Greenpress-Jurnalis lingkungan tak hanya giat memberitakan persoalan lingkungan di media masing-masing, namun mereka juga berupaya mengambil peran yang lebih ril dalam pelestarian lingkungan melalui aksi penanaman tanaman bakau dipinggir pantai dusun Putondo, Takalar, Sulawesi Selatan.

Kegiatan tersebut merupakan rangkaian acara field trip Pelatihan Jurnalis Lingkungan, yang diselenggarakan AJI Makassar bekerjasama Masyarakat Jurnalis Lingkungan Indonesia bertempat di Makassar. (Andi A. Effendy).

Sumber http://greenpressnetwork.blogspot.com

TANAM BAKAU UNTUK PULAU!

MangroverID - Sekitar pukul 05.45 pagi, seratus lebih teman-teman dari 20 SMA sudah siap dan berbaris rapi. Mereka akan mengelilingi sebuah pulau mungil di Kepulauan Seribu. Ya, hari Minggu (2/7) yang cerah ini akan mereka isi dengan kegiatan seru di Pulau Untung Jawa, kep. Seribu.
Kegiatan hari ini dimulai dengan 'clean island', yaitu berjalan mengelilingi pulau sambil membawa kantung sampah. Teman-teman dipandu oleh para mentor dan tim dari TNI AL RI untuk kerja bakti membersihkan pesisir pantai dan lingkungan sekitar pulau.

Setelah 1 jam mengelilingi pulau, saatnya penanaman Pohon Bakau di sekitar pantai. Teman-teman yang mewakili kelompoknya tampak antusias dan rela basah-basahan untuk aksi go green mereka ini.

"Seru, basah! Bermanfaat banget, bisa bantu melestarikan lingkungan dan mencegah abrasi pantai!"seru Alan, dari SMA Labschool Rawamangun sambil mengangkat tinggi-tinggi bibit bakaunya.

Pendapatnya pun didukung Dira, teman satu sekolahnya. "Iya, seru. Excited banget. Biasanya kan cuma bisa lihat ini di TV, hari ini akhirnya bisa ikut berpartisipasi," tambahnya.

Peserta lain yang juga tampak antusias adalah Arsyahrey dari SMK Telkom Jombang. "Enak banget seru, biasanya di rumah nggak pernah nanem bakau di air gini, bareng kakak-kakak dari TNI pula," ujarnya bangga.

Kegiatan clean island dan penanaman pohon Bakau ini adalah salah satu rangkaian kegiatan di acara Bina Taqwa Pelajar Indonesia yang diadakan SMA Labschool selama 4 hari (30/6-3/7), bekerja sama dengan TNI AL RI dan mengundang beberapa SMA dari seluruh Indonesia.

Sumber http://www.hai-online.com

Ayo Tanam Bakau!

MangroverID - Tanam bakau, itulah kegiatan yang kami lakukan pada tanggal 28 Mei 2010. Kegiatan yang diadakan oleh Komunitas Mahasiswa Peduli Lingkungan Himpunan Mahasiswa Kesehatan Masyarakat (KMPL HMKM) Fakultas Kedokteran Universitas Udayana diselenggarakan di daerah Tanjung Benoa. Mungkin tempat yang cukup jauh dari PPLH Sanur. Walaupun jauh, kegiatan ini adalah salah satu wujud kepedulian kami terhadap lingkungan, jadi bukan masalah jarak yang kami tempuh. Pukul 14.00 wita, kami berangkat menuju Tanjung Benoa. Cuaca yang cukup bersahabat temani perjalanan kami. Ketika di perjalanan, seorang teman sempat berujar, “Rasanya sejauh mata memandang jalan yang kami lewati tak habis-habis, ditambah lagi jalan yang hanya lurus hampir tak ada belokan. Ibaratnya fatamorgana tak berujung”. Maklum, kami melalui Jl By Pass Ngurah Rai yang memang lurus hingga ke arah Nusa Dua.

45 menit perjalanan, kami pun sampai di Tanjung Benoa, ternyata kami terlambat 20 menit dari waktu yang ditentukan panitia. Akibatnya, kami tak bisa mengikuti acara pembukaan. Suasana sangat ramai dipenuhi oleh para aktivis lingkungan yang tergabung dari beberapa SMP, SMA, dan dari Universitas Udayana. Tak banyak basa-basi, setelah dibagikan tanaman bakau dan tali rafia, kami pun bergegas menanam bakau pada tempat yang telah disediakan panitia. Satu per satu tanaman bakau ditanam hingga 500 tanaman bakau pun berhasil tertanam dalam waktu yang cukup singkat.

Tanaman bakau memiliki habitat di daerah rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Selain itu, tanaman bakau tumbuh di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik diteluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai dimana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu. Tumbuhnya bakau dengan subur ini berfungsi mengurangi polusi di udara, sebagai penyeimbang ekologis dan dapat mencegah abrasi serta mampu menahan gelombang pasang air laut (tsunami) sehingga risiko gempa yang dihadapi masyarakat pesisir pun semakin kecil.

Tak hanya menanam bakau, kegiatan peduli lingkungan ini dilanjutkan dengan aksi bersih di sekitar lokasi penanaman. Belasan karung penuh sampah berhasil terkumpulkan. Sampah yang terkumpul sebagian besar sampah plastik dari limbah rumah tangga yang terbawa ke Tanjung Benoa. Panas matahari sore mulai terasa menyengat tubuh kami, sehingga usai aksi bersih sampah kami duduk-duduk santai sambil menyantap camilan yang telah disediakan. Panitia penyelenggara pun mengadakan perlombaan menyelipkan balon di kedua paha. Semua menjagokan kandidat yang mewakili sekolah masing-masing dan instansi. Sungguh tak menyangka, kami dari PPLH menjadi juara 2 dalam perlombaan itu. Kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka Gerakan Mangrove Lestari (GERMARI) ini adalah salah satu kegiatan yang dapat ditiru oleh masyarakat luas karena sebagai wujud cinta kita pada bumi. Bumi saja bisa menjaga kita, jadi tidak ada salahnya kita juga ikut menjaga bumi. (BGC).

Sumber http://baligadang.wordpress.com

Peduli Lingkungan, Daikin Tanam Bakau

MangroverID - Sebagai salah satu penyeimbang ekologis, tanaman bakau seringkali dilirik oleh beberapa orang maupun sejumlah perusahaaan untuk menjaga lingkungan. Salah satunya, PT. Daikin Indonesia. Perusahaan tersebut melakukan penanaman bibit pohon bakau di Taman Wisata Alam Angke Kapuk, Jakarta Utara, beberapa hari lalu.

Tak tanggung-tanggung, mereka menanam sebanyak 4000 bibit pohon bakau. Para petinggi PT. Daikin, seperti President Director PT. Daikin Indonesia, Urip Sugiono, dan perwakilan dari Daikin Industries Limited, Mr. Masihiro Noguchi, turut hadir. Bahkan mereka tak segan-segan terjun langsung mananam bibit. Mereka didampingi Walikota Jakarta Utara, Bambang Sugiyono.

Pemberian bibit pohon bakau secara simbolis kepada anak-anak rumah singgah dalam rangka menanamkan semangat kepedulian terhadap lingkungan sejak dini. (Foto: Nopiyanti)Bagi mereka, lingkungan hidup merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. Demikian pula dengan produk-produk Daikin. ”Oleh karenanya, aktivitas industri kami selama berkarya di Indonesia akan selalu diupayakan untuk berjalan beriringan dengan program-program yang berkenaan dengan pelestarian lingkungan hidup,” imbuh Urip.

Mereka menyadari pula, menjaga ekosistem dan kelestarian lingkungan hidup bukan perkara mudah. Sebab, dibutuhkan komitmen sungguh-sungguh dalam jangka waktu relatif tidak singkat. Nah, melalui program penanaman bibit bakau mereka akan bertanggung jawab pula terhadap perawatannya. Langkah tersebut diharapkan menjadi kontribusi nyata pelestarian lingkungan hidup serta kehidupan konsumen yang lebih baik.

Presiden Direktur PT. Daikin Indonesia, Urip Sugiono, saat melakukan penanaman bibit pohon bakau. (Foto: Nopiyanti)Penanaman bibit pohon bakau ini bertujuan untuk menahan terjadinya abrasi dari gerusan air laut. Di samping itu, bisa digunakan untuk menyerap kadar karbon dalam udara sehingga mengurangi kandungan emisi di udara. Kepedulian mereka terhadap lingkungan bukanlah hal baru. Pada bulan Februari 2002 Daikin Global menciptakan simbol Kepedulian Lingkungan dengan tujuan untuk membuat lingkungan menjadi hijau.

Mereka berpikir, sekecil apapun yang dilakukan oleh masing-masing individu akan menghasilkan sesuatu yang besar. Simbol Kepedulian Lingkungan tersebut berupa “Bumi yang Berbentuk Hati berwarna Hijau” . Simbol itu merepresentasikan determinasi setiap bagian dan semua karyawan di Daikin harus selalu berpikir Hijau alias berpikir tentang bumi dan memelihara lingkungannya.

Wujud kepedulian PT. Daikin Indonesia terhadap kelestarian lingkungan di Indonesia. (Foto: Nopiyanti)Lalu November 2008 Daikin Industries bekerja sama dengan NGO Conservation International melaksanakan program reboisasi dengan menanam 5000 bibit di lahan seluas 10 ha di Desa Nagrak, Sukabumi. Agustus 2009 Daikin Industries melaksanakan program pendidikan lingkungan kepada 200 siswa sekolah dasar, di wilayah Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, sebagai bukti kepedulian pada pembangunan dan kemajuan warga yang tinggal di sekitar lokasi reboisasi.

Sumber http://www.tnol.co.id

Ajak Turis Tanam Bakau

MangroverID - Tribunpontianak.co.id - Membuat program dengan mendedikasikan amanah yang diemban untuk green tourism adalah kegiatan baru yang akan dilakukan Teguh Aprilia Wigawati, runner up 2 Putri Indonesia Kalbar 2010.

"Rencananya program tersebut dilakukan melalui program berbasis lingkungan hidup, agar ke depan pada sektor pariwisata dapat dikembangkan dengan ramah lingkungan dan menerapkan azas-azas lingkungan hidup," ungkap Wiga, panggilan akrab cewek berambut panjang tersebut kepada Tribun, Kamis (2/6).

Dia mengatakan, mengembangkan dan mengunjungi hutan bakau merupakan kegiatan yang akan dilakukannya nanti. Melihat keberadaan hutan bakau saat ini, ia mengungkapkan sangat prihatin sekali. Banyak hutan bakau yang kini kondisi terusik dan terganggu ekosistemnya.

Ia menjelaskan, hutan mangrove adalah sumberdaya alam daerah tropis. Peranan ekosistem hutan mangrove sangat besar bagi kehidupan, dapat diketahui dari banyaknya jenis hewan yang hidup di perairan atas tanah, maupun di tajuk-tajuk pohon mangrove. Dan berapa banyak manusia yang bergantung pada hutan mangrove itu.

Olehkarena itu, untuk mengembalikan dan melestarikan hutan mangrove yang ada, menurutnya diperlukan peranan semua stackholder dalam menyelamatkan maupun menjaga kestabilan ekosistem mangrove.

Dengan program yang akan dilakukannya tersebut, ia akan berusaha membawa dan mengajak para turis untuk ikut menanam hutan bakau. Sehingga fungsi hutan mangrovepun dalam menjaga ekosistem, memelihara hewan-hewan liar dan mencegah abrasi dapat berdaya guna baik bagi masyarakat maupun pembangunan berkelanjutan.

Baginya, tidak cukup hanya dengan menanam saja tapi pemeliharaan juga sangat penting dilakukan, agar keberadaannya tetap lestari. "Saya pikir perlunya bekerjasama dengan pihak investor dari segi pemeliharaan dan pelestarian hutan bakau," paparnya.

Gadis berperawakan tinggi 167 sentimeter ini, suka dengan hal-hal yang baru. Prestasinya di berbagai ajang perlombaan sangat banyak. Menyandang gelar putri dalam perlombaan, baik pariwisata, duta lingkungan hidup, dan gelar lainya sering diperolehnya.

Menurutnya, apa yang didapatnya kini adalah bentuk penghargaan dan hasil dari doa serta kerja keras yang ia lakukan. "Saya selalu fokus setiap mengikuti berbagai ajang atau perlombaan. Rasa penasaran saya yang selalu ingin tahu dengan hal baru membuat tertantang dan terus maju untuk mengikuti perlombaan yang ada," ujarnya.

Dengan mengikuti berbagai rangkaian kegiatan sebagai "putri" membuat kepribadiannya menjadi lebih feminin. "Secara tidak langsung apa yang telah saya dapatkan dari perlombaan yang pernah saya ikuti membentuk pribadi saya menjadi lebih baik. Artinya attitude dan cara berbicara, benar- benar selalu saya jaga," ucapnya.

Wiga mengutarakan tidak hanya sampai di sini saja dirinya mengeksplor diri. Ia akan mempersiapkan dirinya untuk mengikuti ajang pemilihan Miss Indonesia 2012. "Kalau Miss Indonesia peranannya lebih bersifat sosial, sehingga membuat saya tertarik untuk mengikutinya tahun nanti," ujarnya.

Penulis : Mirna
Editor : admin
Sumber : Tribun Pontianak

Sumber http://pontianak.tribunnews.com

LSM Tanam Bakau

MangroverID - Sejumlah LSM kelautan dan perikanan, Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara), Layar Nusantara, YLBHI-LBH Semarang, Komunitas Prenjak bersama nelayan dan petambak tradisional melakukan penanaman bakau di Pulau Urang.

M. Riza Damanlk, Sekretaris Jenderal KIARA, menegaskan dalam rangka Hari Bumi ini kegiatan itu adalah upaya menjaga keharmonisan hidup antara alam dan manusia. “Dengan demikian, kegiatan memungut hasil laut sepatutnya tidak dilakukan secara berlebihan, apalagi berpola Industri eksploitatif.” DI Jateng terdapat sekitar 41 titik bencana akibat reklamasi pantai, pembuangan limbah cair dan padat, serta pembabatan bakau. o/sn/s/arh). Sumber : Bisnis Indonesia 22 April 2010,Hal.i7.

Sumber http://diskanlutriau.net

Peringati Hari Bumi, Siswa SMA Tanam Mangrove

MangroverID - RMOL. Kegiatan pecinta alam tidak hanya mendaki gunung, mengarungi sungai, ataupun memanjat tebing. Diluar itu banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengungkapkan rasa cinta terhadap alam, seperti yang dilakukan kelompok pecinta alam SMAN 68 Jakarta, Elpala dengan melakukan penanaman kembali pohon bakau.

Kegiatan yang dilakukan anggota Elpala ini dalam rangka memperingati Hari Bumi yang dimulai Sabtu pagi (23/04) hingga siang hari di kawasan Taman Ekowisata Pantai Indah Kapuk, Jakarta Barat.

Menurut Ketua Elpala, Ganther Rizki Ariotejo kepada Rakyat Merdeka Online, kegiatan ini sebagai bentuk kepedulian Pecinta Alam SMAN 68, Elpala terhadap hutan mangrove yang sudah jarang di Jakarta ini.

"Untuk kegiatan ini, kami menghimpun dana dari para anggota, simpatisan dan alumni Elpala," ujar Aditya Fathurrahman.[arp]

Sumber http://www.rakyatmerdekaonline.com

Alumni SMA Trimurti Tanam 1.000 Mangrove

MangroverID - Surabaya - Sebanyak 150 siswa alumni SMU Trimurti Surabaya memperingati Hari Mangrove se Dunia. Dalam kegiatan ini mereka melakukan penanaman 1.000 pohon mangrove di sekitar Bosem Wonorejo, dan membersihkan sampah-sampah di area energi mangrove, Wonorejo Surabaya.

"Sebagai siswa dan alumni ingin memberikan sesuatu kepada Surabaya seperti menanam pohon mangrove dan membersihkan sampah-sampah di sekitar pos pantau energi mangrove," kata Ketua Pelaksana Reuni Alumni SMU Trimurti angkatan 1995, Diana Savitri di bosem Wonorejo, Surabaya, Sabtu (18/7/2009).

Sebagian siswa dan alumni menanam pohon di sekitar bosem Wonorejo dan sebagiannya lagi membersihkan sampah-sampah di pos pantau Energi Mangrove Wonorejo.

Untuk menuju pos pantau, para siswa menumpang 3 perahu dan mengenakan pelampung yang sudah disediakan oleh Forum Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM) Nirwana Eksekutif Rungkut.

Mereka membersihkan sampah di sekitar pos pantau. Sampah-sampah yang dibersihkan para siswa dan alumni itu dimasukkan ke dalam karung plastik.

Cyntia Putri kelas XII mengaku senang mengikuti penanaman pohon mangrove dan membersihkan sampah. Menurutnya, kegiatan ini dirasa seperti piknik yang dapat menambah pengalaman piknik di hutan manggrove,

"Sebagai generasi muda harus sadar akan lingkungannya. 1 orang menanam 1 pohon buat cegah global warning," tutur Cyntia. (roi/bdh)

Sumber http://surabaya.detik.com

Komunitas Pelangi Tanam Seribu Mangrove di Pantai Kenjeran

MangroverID - Surabaya - Untuk melestarikan lingkungan khususnya di kawasan pantai Surabaya, Telkomsel melalui komunitas Telkomsel Pelangi (Paling Peduli Lingkungan Indonesia) menanam seribu mangrove, Selasa (28/6/2011) di Pantai Ria Kenjeran.

Acara yang bekerjasama dengan Yayasan Tunas Hijau itu dihadiri Walikota Surabaya Tri Rismaharini serta perwakilan sekolah SMP dan SMA se-Surabaya.

Acara yang merupakan bagian dari Corporate Social Responsibility (CSR) Telkomsel bidang Lingkungan Hidup, untuk kali ini memang ingin untuk rehabilitasi dan penghijauan di wilayah Pantai Surabaya. Fungsi pertama adalah sebagai konservasi, yang mampu antara lain untuk melindungi pantai dari aberasi dan intrusi air laut, melindungi pantai dari angin kencang dan gelombang pasang air laut serta shelter belt bagi pemukiman dan budidaya.

Tri Rismaharini menyambut gembira apa yang dilakukan ini. Menurutnya, Surabaya memiliki pantai terpanjang di Indonesia. Pihak pemerintah kota sendiri berusaha untuk mengamankan lingkungan.

Juga berusaha untuk memberikan ruang yang sengaja dibuka untuk warga Surabaya yang hendak menikmati pantainya. "Tapi masalahnya kadang ombak tidak bersahabat. Untuk menahan ombak itu kita harus menanam mangrove. Dengan menanam mangrove di pantai Kenjeran, berarti sudah tidak bisa lagi dilakukan pelebaran," ungkap Risma.

Vice President Area Jawa Bali Gilang Prasetya menyampaikan, sasaran CSR Telkomsel Pelangi yang terdiri dari karyawan Telkomsel beserta keluarganya, mitra Telkomsel dan pelanggan Telkomsel ini tidak hanya berkaitan dengan aktivitas lingkungan luar ruang seperti penanaman mangrove, namun di dalam internal kantor Telkomsel juga sudah lama menggalakkan pola kerja yang ramah lingkungan.

"Misalnya dengan menggunakan BTS Go Green terbesar di Asia, memanfaatkan kertas recycle dan e-paper untuk administrasi surat menyurat antar divisi, memproduksi material promosi yang ramah lingkungan, dan mengajak pelanggan kartuHALO untuk menggunakan e-billing tagihan bulanannya ataupun m-Kios sebagai transaksi pulsa tanpa kertas, hemat listrik, hemat air dan tisu dikalangan karyawan, serta menggunakan perangkat power yang kedap suara di tiap tower guna mencegah terjadinya polusi suara. Disamping itu Telkomsel juga aktif mendukung kegiatan gerak jalan sehat, fun bike maupun car free day," ujar Gilang.

Gerakan kampanye Komunitas Telkomsel PELANGI atau Paling Peduli Lingkungan Indonesia diutarakan oleh Gilang diluncurkan di wilayah Area Jawa Bali sebagai rangkaian perayaan HUT Telkomsel ke-16.

Inisiasi ini diharapkan dapat terus berkembang dengan melibatkan partisipasi karyawan internal beserta keluarganya, mitra Telkomsel, serta komunitas pelanggan yang jumlahnya jutaan di Surabaya.

"Dengan melibatkan berbagai komponen komunitas Telkomsel yang jumlahnya sangat besar di Surabaya, CSR Telkomsel Pelangi dapat diandalkan dalam terus berupaya menjaga Keep Surabaya Clean. Hal ini sejalan dengan anjuran Pemerintah Kota Surabaya agar Surabaya tetap menjadi Kota terbersih di Indonesia bahkan mungkin di Asia," pungkasnya.

(bdh/bdh)

Sumber http://surabaya.detik.com

Wagub Jatim Tanam Mangrove Bareng 1.000 Penderita Kusta

MangroverID - Surabaya - Sekitar 1.000 bekas penderita kusta dan Wagub Jatim melakukan penanaman pohon mangrove di areal Ekowisata Mangrove Wonorejo, Surabaya. Acara tersebut untuk memperingati hari kusta se-dunia tepatnya setiap 31 Januari.

Selain melakukan penanaman pohon mangrove, juga diselingi keterampilan mantan penderita kusta serta penampilan seni dari siswa siswi SMKN 9 Surabaya.

"Kegiatan ini merupakan salah satu upaya kami menghapus stigma terhadap penderita kusta," kata fasilitator Perhimpunan Mandiri Kusta (Permata) Indonesia, Bahrul Fuad kepada wartawan di sela-sela acara penanaman mangrove, di Ekowisata Mangrove, Wonorejo, Surabaya, Minggu (31/1/2010).

Ia mengatakan, selain meningkatkan kualitas hidup penderita kusta, juga ingin menampilkan skill penderita kusta.

"Kita berharap masyarakat tidak takut lagi dengan kusta. Kita juga ingin masyarakat berkarya bersama penderita kusta tanpa ada perbedaan," ujar Bahrul.

Sementara itu, Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf mengaku bangga dengan keberanian dan skill penderita kusta.

"Kalau gubernur, wakil gubernur, walikota, TNI Polri atau masyarakat umum menanam mangrove itu sudah biasa dan umum. Tapi kalau penderita kusta sudah sembuh dan ikut menanam itu luas biasa," kata Wagub Jatim Gus Ipul yang didampingi istrinya Ummu Fatma Saifullah Yusuf.

Gus Ipul juga memberikan semangat, agar penderita kusta tidak minder di tengah - tengah masyarakat.

"Jangan takut, kalau hidup kita bermanfaat bagi orang lain, itu lebih mulia dari pada orang lain," jelasnya.
(roi/bdh).

Sumber http://surabaya.detik.com